ORGANICJUICEBARDC – Bagi kamu yang aktif di media sosial, pasti sering menjumpai konten mengenai Labubu. Beberapa waktu lalu, video kerusuhan di Pop Mart akibat antrean panjang untuk membeli Labubu pun viral. Tak heran, berbagai meme Labubu bertebaran di X, menambah popularitasnya.
Tapi, apa sebenarnya Labubu dan apakah obsesi ini berpotensi menjurus ke konsumsi berlebihan? Mari kita bahas.
Sebelum booming di Indonesia, tren Labubu telah merambah ke negara-negara tetangga seperti Thailand dan Singapura. Seperti diberitakan oleh Bangkok Post, potret Lisa Blackpink yang memegang Labubu Macaron membuat produk ini meledak di pasaran. Penjualannya melonjak tajam di Thailand, hingga Pop Mart meluncurkan Concept Store dengan Labubu sebagai tema utama di Mega Bangna.
Di Singapura, tren ini juga meroket, didukung oleh kehadiran cabang Pop Mart yang memudahkan akses bagi penggemar. Bahkan, diadakan pertunjukan seperti Pop Toy Show untuk menampilkan koleksi Labubu, termasuk edisi terbatas seperti liontin Labubu Merlion.
Fenomena pengumpulan boneka Labubu, terutama oleh orang dewasa, sering kali dianggap aneh. Namun, fenomena ini tak jarang terjadi dan hanya kalah oleh penggemar perangko dan miniatur.
Menurut studi yang dipublikasikan oleh Psychology Today, penelitian oleh Angelie Ignacio dan Gerald Cupchik dari Universitas Toronto pada tahun 2020 menjelaskan bahwa individu yang merasa aman secara emosional cenderung menggunakan boneka sebagai sarana kreativitas. Sementara itu, orang yang merasa tidak aman sering kali menggunakan pengumpulan boneka sebagai cara untuk mengatasi ketegangan dan mencari terapi diri.
Sigmund Freud dan Muensterberger menyoroti bahwa mengoleksi barang dapat merangsang pusat kenikmatan di otak. Selain itu, penggunaan boneka dalam terapi diri dapat memberikan kepuasan, karena mengenali diri sendiri adalah hal positif.
Bermain dengan boneka juga membawa manfaat terapeutik. Hubungan antara kolektor dan boneka merepresentasikan aspirasi dan citra diri. Misalnya, kolektor yang menyukai fashion dapat mengekspresikan gaya melalui koleksi bonekanya, menunjukkan kepercayaan diri dan fashion yang modis.
Dengan demikian, meski Labubu mungkin terlihat seperti tren semata, ada lapisan psikologis yang mendasari fenomena ini yang layak untuk dipahami lebih dalam.