ORGANICJUICEBARDC – Tahun 2024 menandai perubahan besar dalam industri pariwisata, terutama pada wisata alam. Perubahan gaya hidup dan peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental serta keberlanjutan membuat wisata alam semakin populer. Berikut ini adalah beberapa tren wisata alam yang diprediksi akan semakin diminati pada tahun 2024:
1. Eco-Tourism atau Wisata Ramah Lingkungan
Wisata ramah lingkungan atau eco-tourism semakin diminati oleh para pelancong yang peduli terhadap kelestarian alam. Wisatawan kini lebih memilih destinasi yang mengedepankan konsep keberlanjutan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini bisa berupa penginapan yang menggunakan energi terbarukan, penggunaan bahan daur ulang, hingga pengurangan sampah plastik. Contoh destinasi yang mengusung konsep ini adalah Bali Eco Village di Bali atau The Lodge Maribaya di Bandung.
2. Glamping (Glamorous Camping)
Glamping adalah tren berkemah dengan fasilitas mewah yang membuat wisatawan bisa menikmati alam tanpa meninggalkan kenyamanan. Di tahun 2024, tren ini terus meningkat karena minat masyarakat yang ingin menghabiskan waktu di alam bebas tanpa harus repot membawa peralatan kemah. Fasilitas seperti kasur nyaman, kamar mandi pribadi, hingga layanan makanan siap saji membuat glamping menjadi pilihan utama untuk berwisata alam bagi keluarga maupun pasangan. Beberapa tempat glamping terkenal di Indonesia adalah Highland Park Resort Bogor dan Tanakita Camping Ground Sukabumi.
3. Wisata Kebugaran dan Kesehatan (Wellness Tourism)
Dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental dan fisik, wisata kebugaran menjadi salah satu tren utama. Tahun 2024, wisata alam dengan fokus pada relaksasi seperti yoga retreat, meditasi, spa alami, dan hiking semakin diminati. Lokasi wisata alam yang tenang dan dikelilingi pemandangan hijau memberikan pengalaman terapi yang menyegarkan. Destinasi seperti Ubud di Bali, yang menawarkan banyak retreat yoga dan spa alami, atau pemandian air panas di Ciater, Subang, menjadi pilihan utama untuk wisata kebugaran ini.
4. Wisata Edukasi dan Konservasi Alam
Wisatawan semakin tertarik untuk belajar lebih dalam mengenai konservasi dan ekosistem. Banyak destinasi yang menawarkan pengalaman edukasi di mana pengunjung dapat terlibat langsung dalam pelestarian alam, seperti menanam pohon, pelepasan tukik (anak penyu) ke laut, hingga pengamatan burung dan satwa liar. Di Indonesia, beberapa destinasi seperti Taman Nasional Komodo dan Taman Nasional Way Kambas di Lampung menyediakan program-program konservasi yang mendidik sekaligus menyenangkan.
5. Petualangan Berbasis Komunitas (Community-Based Tourism)
Tren ini memungkinkan wisatawan untuk tinggal bersama masyarakat lokal dan ikut serta dalam kegiatan sehari-hari mereka, seperti bertani, memancing, atau kerajinan tangan. Community-based tourism tidak hanya memberikan pengalaman autentik bagi wisatawan tetapi juga membantu pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat. Contohnya adalah desa-desa wisata seperti Desa Penglipuran di Bali dan Desa Nglanggeran di Yogyakarta yang menawarkan wisata berbasis komunitas.
6. Digital Detox Travel
Kecanduan digital membuat banyak orang merasa tertekan dan stres. Wisata alam yang menawarkan “digital detox” atau detoks digital menjadi tren, di mana wisatawan meninggalkan ponsel dan gadget mereka untuk benar-benar fokus pada alam dan diri sendiri. Beberapa resort dan tempat wisata alam kini menyediakan paket “gadget-free” untuk menarik wisatawan yang ingin beristirahat dari kehidupan digital. Destinasi alam seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru atau Raja Ampat sangat ideal untuk wisata digital detox ini.
7. Solo Travel dalam Wisata Alam
Banyak orang, terutama generasi muda, kini lebih tertarik melakukan solo travel ke destinasi wisata alam. Solo travel memberikan pengalaman mendalam dan kebebasan untuk mengeksplorasi tempat-tempat baru sesuai keinginan pribadi tanpa terikat dengan jadwal orang lain. Di Indonesia, destinasi seperti Labuan Bajo, Tana Toraja, atau Pulau Weh sering menjadi pilihan untuk wisatawan solo karena aman dan memiliki pemandangan alam yang indah.
8. Virtual Nature Tourism
Teknologi virtual reality (VR) mulai digunakan untuk menyediakan pengalaman wisata alam bagi mereka yang tidak bisa bepergian. Virtual nature tourism memungkinkan orang untuk “mengunjungi” destinasi alam secara virtual. Di tahun 2024, teknologi ini semakin dikembangkan dan diprediksi akan menjadi pelengkap bagi mereka yang ingin menikmati keindahan alam dari jarak jauh.
Kesimpulan
Tren wisata alam yang semakin meningkat di tahun 2024 menunjukkan betapa masyarakat kini lebih menghargai kesehatan, keberlanjutan, dan keseimbangan hidup. Dengan memilih wisata alam yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, para wisatawan tidak hanya mendapatkan pengalaman yang menyegarkan, tetapi juga turut serta dalam menjaga keindahan dan kelestarian bumi. Semoga tren wisata alam ini semakin berkembang dan menjadi bagian dari gaya hidup berkelanjutan.